10 Agu 2011

Sitio..!

“Aku haus..!” (latin: Sitio), sebuah ungkapan sederhana yang bukan semata-mata ungkapan dahaga akan kesegaran rasa saja, namun sesungguhnya bermakna mendalam bagi setiap jiwa manusia, karena ungkapan inilah yang menjadi seruan utama setiap jiwa yang selalu gelisah pada suatu kerinduan yang tak tertahankan.. Singkatnya, jika ada sejuta kata yang terlontar dari mulut yang gelisah, maka sesungguhnya hanya satu pesan saja yang ingin disampaikan oleh jiwa yang merindu, “aku haus..!” .. Itu saja..

Seperti puisi “A Thirsty Fish” dari Maulana Jalaluddin Balkhi (Rumi), bagaikan ikan yang haus di tengah samudera, seperti itulah manusia yang haus akan sesuatu, namun ia tak pernah mengerti apa yang telah membuat jiwanya begitu berdahaga.. Dan yang lebih menyedihkan lagi, masih banyak manusia yang tak tahu apa yang dapat membuat dahaganya terpuaskan..??

Michael Foucault melukiskan jiwa-jiwa yang haus itu sebagai “stulti vera navis” (kebodohan sang nahkoda), singkatnya, ternyata ada banyak  jiwa yang dahaganya bagaikan manusia bodoh yang sinting dalam kegilaan hasratnya sendiri (“Madness and Civilization: A History of Insanity in the Age of Reason”, 1961).. Sungguh menyedihkan..!!

Sekiranya masih ada jiwa yang ingin menemukan jawaban akan hasrat dahaganya, mungkin pesan dari sang Kabir ini dapat menjadi pijakan awal untuk menemukan pemuas dahaganya.. Semoga...

"I laugh when I hear that the fish in the water is thirsty.
You don't grasp the fact that what is most alive of all is inside your own house;
and you walk from one holy city to the next with a confused look!
Kabir will tell you the truth: go wherever you like, to Calcutta or Tibet;
if you can't find where your soul is hidden,
for you the world will never be real!"

— Kabir (The Kabir book: Forty-four of the ecstatic poems of Kabir)